Sunday, May 26, 2013

PENGENALAN JENIS

BAB I
PENDAHULUAN
               Bahan pakan untuk ternak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan dan pakan tambahan (konsentrat).Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik maka kedua macam bahan pakan ini harus diberikan, karena diharapkan dari kedua macam bahan pakan ini kebutuhan protein dapat terpenuhi.Oleh karena itu identifiksi genus/spesies hijauan pakan menjadi semakin penting untuk dilakukan.Mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khusunya ruminansia.Identifikasi hijauan pakan khusunya rumput dapat dilakukan berdasarkan tanda–tanda atau karakteristik vegetatif.
               Praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan ini bertujuan agar praktikan dapat mengenali dan memahami tentang karakteristik jenis–jenis penting rumput dan legum serta mampu mengenali ciri khas masing–masing jenis hijauan pakan.Manfaat praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan adalah agar praktikan dapat membedakan karakteristik antara legum dan rumput serta dapat mengetahui ciri khas dari masing – masing tanaman rumput dan legum.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.                  Rumput
               Rumput adalah tumbuhan yang kuat dan bisa tumbuh cepat. Padang rumput yang luas di Afrika dinamakan sabana, di Australia dinamakan semak, di Amerika Utara dinamakan prairie, di Amerika Selatan dinamakan pampas, dan di Asia di sebut stepa (Civardi, 2003). Hijauan yang hendak ditanam tentu saja menguntungkan sehingga harus memenuhi produktivitas persatuan luas yang tinggi, nilai palabilitas yang baik, serta beradaptasi baik dengan lingkungan.Sebagai contoh jenis rumput potong yang memilki palabilitas yang baik adalah rumput gajah (Pennistum purpureum), Setaria sphacelata, Panicum maximum, rumput gembala misalnya African Star Grass (AAK. 2003).
               Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan perennial.Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal tetapi batang tumbuh ke atas dan rumput membelit (Soedomo, 2000).Bentuk rumput sederhana, perakaran silindris, menyatu dengan batang, lembar daun berbentuk pelepah yang muncul pada buku-buku dan melingkari batang (Reksohadiprodjo, 2000).
 



2.1.1.            Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

               Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah  sangat disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ha/th (Mcllroy, 2000). Rumput gajah dapat hidup pada tanah asam dengan ketinggian 0-3000 m dan dapat dipotong apabila rumput sudah mencapai ketinggian 1 – 1,5 m (Reksohadiprodjo, 2000).
               Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai  kadar protein yaitu 9,5% dari bahan keringnya (Soedomo, 2000). Pennisetum purpureum berproduksi sekitar 150.000 kg/ha/th dan dapat dilakukan pemotongan setelah 50-60 hari dan selanjutnya dilakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri et al., 1992).
               Rumput gajah banyak di jumpai di persawahan.Tingginya  mencapai 5 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin. Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (AAK. 1993). Jarak tanamnya bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm dan lain sebagainya. Produksi rata-rata sekitar 250 ton/ha/thn. Rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun, batang tegak (Lubis, 1992).
               Sebagai hijauan segar, surplus produksi rumput gajah juga dapat digunakan sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering ataupun fermentasi dengan metoda silase setelah terlebih dahulu di cacah. Rumput gajah semuanya merupakan introduksi dan bukan jenis rumput lokal. Namun karena memang bentuknya yang satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya. Pada daun muda, pangkal daunnya memiliki bercak - bercak berwarna hijau muda (Lubis, 1992).Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam dan berkembang dengan rhizoma untuk membentuk rumpun (Kartadisastra, 2001).

2.1.2.            Rumput Raja (Pennisetum purpupoides)

               Rumput rajamerupakan tanaman persilangan antara P. purpureum dan P. thypoides yang berasal dari Afrika selatan. Rumput ini memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dengan warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Adaptasinya mampu tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, tidak tahan terhadap genangan air serta permukaan air tanah yang tinggi, tahan naungan, tidak tahan terhadap penggembalaan berat dan pemotongan dilakukan pada tahun kedua (Rukmana, 2005). Siklus hidup perenial, tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 5 m, daya adaptasi baik pada daerah tropis dengan  irigasi yang baik (Amara et al., 2000). Rumput raja dapat ditanam dengan stek batang maupun sobekan rumpun (pols). Stek dipotong sepanjang 25-30 cm atau mempunyai ruas batang, batang pols dapat diambil dari tanaman muda (Lubis, 1992).
               Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai kurang lebih 4 m, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat liguna. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika di tanam di daerah yang dingin (Sutopo, 2000). Rumput raja dapat di tanam di daeah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau setara 200-250 ton rumput segar/hektar/tahun. Mutu hijauan rumput raja lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah Hawai ataupun rumput Afrika (Susetyo, 2001).


2.1.3.            Rumput Setaria (Setaria spachelata)

               Rumput setaria (Setaria sphacelata)merupakan salah satu jenis rumput yang berasal dari Afrika tropik dan dapat diperbanyak dengan cara pols dan biji (Mcllroy, 2000). Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Lubis, 2002).
               Rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan kuat, tumbuh baik pada ketinggian 1000-3000 m di atas permukaan air laut, tahan naungan dan genangan, rumput setaria dapat mencapai tinggi 1,5 m, responsif terhadap pupuk N dan produksinya berkisar antara 60-100 ton/ha/th (Soegiri, et al., 1992). Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat di lakukan dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm (Sutopo, 2000).
               Pemupukan di lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan pupuk urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali di tambah dengan 100 kg urea/hekt (AAK. 2003). Produksi hijauan rumput setaria dapat mencapai 100 ton rumput segar/hektar/tahun. Komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%, (Susetyo, 2001).


2.1.4.   Rumput Brachiaria (Bhachria Brizantha)
            Brachiaria brizantha berasal dari Afrika.Rumput Brachiaria brizantha adalah menggunakan pols, hidup ditanah struktur tanah ringan, sedang sampai berat.Brachiaria brizantha dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m, curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun. Brachiaria brizantha ditanam pada jarak tanam 40 x 40 cm atau 30 x 30 cm, tergantung pada kesuburan tanah (Sutopo, 2000). Brachiaria brizantha termasuk rumput yang berumur panjang, pertumbuhannya membentuk hamparan vertikal dan horizontal yang biasanya mencapai tinggi 60-150 cm. Batang dan daunnya kaku serta kasar, rumput brachiariabrizantha baik digunakan sebagai rumput hay karena batangnya kecil sehingga mudah menjadi kering (Susilo, 2001). Brachiaria brizantha bersifat perennial, tumbuh membentuk hamparan.Batang beruas pendek berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan.Daun lebar berbulu halus, tidak tahan injakan karena perakannya luas tapi dangkal (Reksohadiprodjo, 1985).Tumbuh pada ketinggian 0–1000 m dpl dan tumbuh baik pada berbagai jenis tanah.Rumput ini bersifat kurang tahan terhadap kekeringan sehingga memerlukan drainase yang baik.Responsif terhadap pupuk N dengan pH tanah yang dibutuhkan 6–7 (Siregar, 2002).


2.1.5.      Rumput Signal (Brachiaria decumbens)
Rumput signal memiliki cirri sebagai tanaman rumput gembalaan yang tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan lebat yang tingginya sekitar 30-45 cm, memiliki daun kaku dan pendek dengan ujung daun yang runcing, mudah berbunga dan bunga berbentuk seperti bendera Sutopo (2000). Jenis rumput ini tumbuh baik pada kondisi curah hujan 1000-1500 mm/tahun dan merupakan jenis rumput penggembalaan terbaik di Kongo(Soegiri, 1992).
2.2.         Legum

               Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji/cotyledone. Famili legum dibagi menjadi tiga grup sub famili, yaitu mimosaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga reguler, caesalpiniaceae, tanaman kayu dan herba dengan bunga irreguler dan papilionaceae, tanaman kayu dan herba dengan ciri khas bunga berbentuk kupu-kupu, dan kebanyakan tanaman pakan ekonomi penting termasuk dalam group papilionaceae (Susetyo, 2001).Legum yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binial atau perennial (Soegiri et al., 1992).
               Legum memiliki sistem perakaran tunggang dengan diinfeksi oleh bakteri rhizobium. Batang pada legum antara nodus dan internodus menyatu, terdapat juga rambut-rambut pada batangnya dan daunnya kebanyakan trifoliate atau lebih dari tangkai daun (Susetyo, 2001).Legum memiliki kemampuan untuk mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya.Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik ini biasanya menggelembung dan membentuk bintil-bintil.Setiap jenis biasanya bersimbiosis pula dengan jenis bakteri yang khas pula (Sutopo, 2000).


2.2.1.      Sentro (Centrosema pubescens)

               Sentro termasuk subfamili Papilionoidae. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Sifat tanaman ini adalah tumbuh menjalar dan memanjat, batang agak berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentukk pipih seperti pedang dengan panjang antara 10-15 cm (Rukmana, 2005). Sentro cocok ditanam di daerah yang berketinggian rata-rata 600 m dpl. dengan curah hujan antara 1.200-1.500 mm, bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah yang kurus dan berdrainase baik. Namun, tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air. Sentro banyak ditanam di perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai tanaman penutup tanah (Harjadi, 2000).
               Penanaman sentro biasanya dilakukan dengan biji. Lahan seluas 1 hektar membutuhkan biji sebanyak 4-6 kg. Penanaman dilakukan dengan cara menyebarkan biji dalam larikan berjarak 1 m. Untuk mempercepat perkecambahan, biji sentro yang akan ditanam dicelup dalam air panas selama satu detik (Rukmana, 2005). Hasil bahan kering tiap hektar sentro cukup tinggi, taitu antara 3-7,5 ton/hektar. Komposisi zat gizi daun sentro (dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8%; EE 3,6%; SK 31,2%; BETN 34,4%; PK 22,0%; dan TDN 60,7% (Susetyo, 2001).

2.2.2.      Puero (Pueraria phaseoloides)

               Tanaman kudzu atau puero termasuk famili Leguminosae, subfamili Papilionoideae. Sifat tanaman ini adalah tumbuh menjalar dan memanjat, tiap buku dapat bercabang banyak, membentuk hamparan dengan ketinggian 60-75 cm, daun majemuk, daun muda ditutupi bulu berwarna cokelat, pada setiap tangkai terdapat tiga helai anak daun, helaian daun lebar, membulat membentuk segitiga, bunga seperti kupu-kupu berwarna ungu kebiru-biruan, polong pipih sedikit melengkung dengan panjang lebih kurang 10 cm (Rukmana, 2005). Tanaman kudzu cocok ditanam di derah yang mempunyai ketinggian antara 0-1.000 m dpl.dengan curah hujan tahunan 1.200-1.500 mm. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah serta tahan terhadap tanah asam dan permukaan air yang tinggi (Harjadi, 2000).
               Perbanyakan tanaman kudzu dilakukan dengan biji. Penanaman biji dilakukan dengan cara disebar merata sebanyak 6-17 kh/hektar atau disebar dalam larikan sebanyak 3-4 kh/hektar. Jarak antara tanam adalah 50x50 cm atau 100x100 cm (Rukmana, 2005).Pada umur lebih dari empat bulan tanaman kudzu dapat mencapai ketinggian 60-80 cm dan pemotongan sebagai hijauan dilakukan setiap 3-5 kali/tahun. Produksi hijauan bahan kering 5-10 ton/hektar. Komposisi zat gizi dalam rumput kudzu terdiri atas: abu 8,7%; EE 2,5%; SK 31,3%; BETN 8,2%; dan TDN 61,7% (Susetyo, 2001).


2.2.3.      Kalopo (Calopogonium mucunoides)

               Kalopo merupakan legum subfamili Papilionoideae.Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Sifat tanaman kalopo adalah tumbuh parenial, menjalar, dan membelit, dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu cokelat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu halus, dan berwarna cokelat keemas-emasan, bunga kecil berwarna bitu dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih, pendek (3-4 cm), dan berbulu cokelat keemas-emasan (Rukmana, 2005). Kalopo tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 1.000 m dpl.dengan curah hujan tahunan 1.270 mm atau lebih. Tanaman ini dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air (Harjadi, 2001).
               Perbanyakan tanaman kalopo dilakukan dengan biji. Penanaman kalopo dilakukan dengan cara disebar merata sebanyak 6-10 kg/hektar (Susetyo, 2001). Produksi kalopo (bahan kering) mencapai 13,55 ton/hektar. Komposisi daun terdiri atas: abu 8,5%; ekstrak eter 2,0%; serat kasar 32,1%; BETN 2,3%;  protein kasar 16,0%; dan TDN 60,4% (Rukmana, 2005).


2.2.4.      Gamal (Gliricida sepium)
               Gamal (Gliricida sepium) adalah sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk pohon, warna batang putih kecoklatan, daun tirfoliate, perakaran kuat dan dalam (Soegiri et al., 1992). Batang tunggal atau bercabang, jarang yang menyemak, tinggi 2-15 m. Batang tegak, diameter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkal tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah tua.Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm, terdiri 7-17 helai daun.Helai daun berhadapan, panjang 4-8 cm dengan ujung runcing, jarang yang bulat.Ukuran daun semakin kecil menuju ujung daun. Bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, panjang 2,5-15 cm, susunan bunga tegak (Amara et al., 2000).
Gamal merupakan salah satu jenis tanaman yang mudah ditanam, tidak memerlukan sifat tanah khusus, merupakan pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil, dan bermanfaat sebagai pencegah erosi sekaligus penyubur tanah (Rukmana, 2005).Tanaman ini mampu hidup di daerah kering dengan curah hujan 750 mm/tahun. Namun tanaman ini juga tahan terhadap genangan, perkembangan tanaman ini dengan stek, dengan banyak cabang dan responsif terhadap pupuk N. Gamal memiliki nilai gizi yang cukup baik yaitu 22,1% bahan kering, 23,5% protein dan 4200 Kcal/kg energi  (Soedomo, 2000).


2.2.5.      Lamtoro (Leucaena leocochepala)
               Lamtoro adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.Tumbuh pada drainase baik dengan tekstur berat. Kultur teknis bahan biji, stek dan pertanaman campuran dengan rumput guinea, pada tanaman ini memiliki racun mimosin pada daun muda (McIlroy, 2000).Ciri-ciri pada lamtoro adalah tanaman ini berbentuk pohon yang bisa mencapai ketinggian 10 meter, memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daunnya kecil-kecil, berbentuk lonjong, bunganya bertangkai, berbentuk bulat bola yang warnanya putih kekuning-kuningan, toleran terhadap hujan angin, kekeringan, serta tanah-tanah yang kurang subur asal drainase sempurna. Tanaman lamtoro berguna sebagai makanan ternak, jumlah zat-zat yang terkandung di dalamnya merupakan saingan bagi alfalfa sebab banyak kandungan gizi (Soegiri et al., 1992).
               Cara menanamnya dengan menggunakan biji dan dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat, dengan ketinggian 700-1200 m, biasanya hidup pada daerah yang memiliki curah hujan sekitar 700-1650 mm/tahun atau lebih, dengan temperatur 20-30oC (Susetyo,2001). Sebagai makanan ternak, lamtoro bisa dilakukan pemotongan pertama pada saat berumur 6-9 bulan sesudah biji itu ditanam, kemudian pemotongan selanjutnya bisa dilakukan 4 bulan sekali. Tanaman lamtoro memiliki kandungan 18,05% protein kasar, 19,53% serat kasar, 6,06% lemak kasar, 1,2% kalsium, dan 0,18% phosphor (Soegiri et al., 1992).



BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Pengenalan Jenis dilaksanakan pada hari Jum’at 26 April 2013pukul 08.00-10.00 WIB yang dilaksanakandi Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan Ternak antara lain, buku gambar untuk tempat menggambar tanaman hijauan dan alat tulis sebagai alat menggambar. Bahan yang digunakan antara lain tanaman rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, brachiaria brizantha, dan brachiaria decumbens lengkap dengan akar, batang, daun, dan tanaman legum puero, centro, kalopo, daun gamal lamtoro dan arachis pintoi.

3.2.      Metode
            Metode yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan Ternak adalah menyiapkan macam-macam tanaman pakan yang akan dijadikan objek yaitu tanaman rumput lengkap dengan bagian-bagiannya (akar, batang, daun dan bunga) seperti rumput gajah, brachiaria decumbens, rumput raja, brachiariabrizantha, rumput setaria dan untuk tanaman legum lengkap dengan bagian-bagiannya (batang, daun dan bunga) seperti gamal, lamtoro, centro, puero, dan kalopo. Menggambar tanaman pakan yang sudah disiapkan dengan disertai keterangan masing-masing bagian sistematika dan ciri-ciri tanamannya.


















                                                                    




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rumput
4.1.1.      Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
                 
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 1. Gambar Pennisetum purpureum


               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rumput gajah mempunyai ciri-ciri daun sempit atau kecil, permukaan daun di bawah kasar, di tepi dan di pinggir daun berbulu, daun memanjang dan sejajar, serta batang besar memanjang.Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiri, et al (1992) yang menyatakan bahwa batang berbuku dan kelopak berbulu, helai daun panjang dan lebar sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya.Ditambahkan oleh Lubis (1992) yang menyatakan bahwa rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun, batang tegak.


1.           
4.1.2.            Rumput Raja (Pennisetum purpupoides)












Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 2. Gambar Pennisetum purpupoides

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rumput raja mempunyai ciri-ciri daun lebar, daun lebih halus, di tepi daun berbulu, dan batang kecil memanjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2000) yang menyatakan bahwa rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada daun helaian dekat liguna.Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika di tanam di daerah yang dingin.Ditambahkan oleh Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa rumput ini memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun dengan warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, tulang daun lebih putih dari rumput gajah.
4.1.3.            Rumput Setaria (Setaria spachelata)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 3. Gambar Setaria spachelata

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rumput setaria memiliki ciri-ciri daun lebar dan halus, tidak berbulu, mempunyai warna merah keunguan, dan batang seperti sereh. Hal ini sesuai pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, kuat, berdaun halus pada bagian permukaan, daun lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas. Ditambahkan oleh Soegiri et al., (1992) yang menyatakan bahwa rumput setaria sesuai untuk daerah tropik lembab, tumbuh membentuk rumpun lebat dan kuat, tahan naungan dan genangan.


4.1.4.   Rumput Brachiaria (Brachiaria brizantha)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 4. Gambar Brachiaria brizantha
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di peroleh bahwa rumput brachiaria brizantha memiliki sifat perennial, tumbuh membentuk hamparan, daun lebar dan berbulu halus, tidak tahan injakan karena perakarannya luas tapi dangkal. Hal  ini sesuai dengan pendapat Reksohadiprojo (2000) yang menyatakan bahwa rumput brachiaria brizantha bersifat parennial,  tumbuh membentuk hamparan, daun lebar dan berbulu halus. Dan ditambahkan oleh pendapat Susilo (2001) yang menyatakan bahwa batang daan daunnya kaku serta kasar, dan rumput brachiaria brizantha baik digunakan sebagai rumput hay karena batangnya kecilsehingga mudah di keringkan.




4.1.5.   Rumput Signal (Brachiaria Decumbens)
http://dombafarm.files.wordpress.com/2010/04/rumput-signal.jpg?w=150&h=150
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 5. Gambar Brachiaria decumbens
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rumput signal memiliki cirri-ciri rumput gembala yang tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan lebat, memiliki daun kaku dan pendek dengan ujung daun yang runcing. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2000) yang menyatakan bahwa rumput brachiaria decumbens memiliki ciri-ciri daun kaku dan pendek dengan ujung daun yang runcing dan rumput ini tumbuh menjalar dengan stolon membentuk hamparan lebat.Dan ditambahkan oleh pendapat(Soegiri, 1992)yang menyatakan bahwa jenis rumput ini tumbuh baik pada kondisi curah hujan 1000-1500 mm/tahun dan merupakan jenis rumput penggembalaan terbaik di Kongo.




4.2.         Legume
4.2.1.      Sentro (Centrosema pubescens)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 6. Gambar Centrosema pubescens

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa sentro mempunyai ciri-ciri daun berbentuk trivoliat, dan melonjong, tumbuh menjalar, batang berbulu, dan pe. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman ini adalah tumbuh menjalar dan memanjat, batang agak berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang. Ditambahkan oleh Harjadi (2000) yang menyatakan bahwa sentro dapat tumbuh baik di tanah yang berdrainase baik, namun tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air.


4.2.2.            Puero (Pueraria phaseoloides)
              
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 7. Gambar Pueraria phaseoloides

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa puero mempunyai ciri-ciri batang berbulu, daun trivoliat bundar, daun berbulu, dan tumbuh menjalar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman puero adalah tumbuh menjalar dan memanjat, tiap buku dapat bercabang banyak, daun majemuk, daun muda ditutupi bulu berwarna cokelat, pada setiap tangkai terdapat tiga helai anak daun, helaian daun lebar, membulat membentuk segitiga, bunga seperti kupu-kupu berwarna ungu kebiru-biruan, polong pipih sedikit melengkung. Ditambahkan oleh Harjadi (2000) yang menyatakan bahwa tanaman puero dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah serta tahan terhadap tanah asam dan permukaan air yang tinggi.


4.2.3.            Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 8. Gambar Calopogonium mucunoides

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa kalopo mempunyai ciri-ciri biji berbulu, daun trivoliat lonjong, dan berbulu, batang juga berbulu, dan tumbuh menjalar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman kalopo adalah tumbuh parenial, menjalar, dan membelit, berbatang lunak dan berbulu cokelat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu halus, dan berwarna cokelat keemas-emasan, bunga kecil berwarna bitu dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih dan berbulu cokelat keemas-emasan. Ditambahkan oleh Harjadi (2000) yang menyatakan bahwa tanaman kalopo dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah, tetapi tidak tahan terhadap genangan air.


4.2.4.            Gamal (Gliricida sepium)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 8. Gambar Gliricida sepium

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa gamal mempunyai ciri-ciri daun trivoliat, batang bercabang dan tegak, daun majemuk dan menyirip. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiri et al. (1992) yang menyatakan bahwa gamal (Gliricida sepium) adalah sejenis legum yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk pohon, warna batang putih kecoklatan, daun tirfoliate, perakaran kuat dan dalam. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Amara et al. (2000) yang menyatakan bahwa batang tunggal atau bercabang dan tegak, jarang yang menyemak, kulit batang coklat keabu-abuan dengan alur-alur kecil pada batang yang telah tua, daun majemuk menyirip, helai daun berhadapan, bunga merah muda cerah sampai kemerahan, jarang yang putih, dan susunan bunga tegak.


4.2.5.            Lamtoro (Leucaena leocochepala)
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Hijauan Makanan Ternak, 2013.
Ilustrasi 10. Gambar Leucaena leocochepala

               Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa lamtoro mempunyai ciri-ciri berdaun mejemuk, berbentuk pohon, daunnya kecil-kecil, bunganya bertangkai dan berwarna putih kekuning-kuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soegiri et al. (1992) yang menyatakan bahwa ciri-ciri pada lamtoro adalah tanaman ini berbentuk pohon, memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daunnya kecil-kecil, berbentuk lonjong, sedang bunganya bertangkai, berkepala berbentuk bulat bola yang warnanya putih kekuning-kuningan. Ditambahkan oleh Susetyo (2001) yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Secara umum hijauan pakan dibagi menjadi dua, yaitu rumput dan legum.Bangsa rumput dapat digolongkan menjadi dua, rumput potong dan rumput gembala.Rumput gajah termasuk rumput potong.Sedangkan rumput raja, setaria, dan benggala termasuk rumput gembala. Rumput gajah dan rumput raja memiliki kontur fisik yang sama (berakar serabut, daun memanjang dan sejajar, mempunyai batang tebal dan keras, tidak berbulu dan tidak berkambium) namun pada rumput gajah mempunyai bulu baik pada bagian batang maupun daunnya. Legum dapat digolongkan menjadi dua juga, legum pohon (lamtoro, gamal,) dan legum jalar (sentro, kalopo, puero, orok-orok).Legum mempunyai ciri umum seperti tidak berkambium, akar berbintil, berakar serabut, dapat mengikat N dan mengandung protein tinggi.

5.2.      Saran
            Praktikan seharusnya memperhatikan asisten ketika menjelaskan masing-masing tanaman.Praktikan harus datang tepat waktu ketika melaksanakan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2003. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yayasan   Kanisius,Yogyakarta.

Amara, D.S. and A. Y. Kamara. 2000. Growth and Yield of Gliricidia sepium       (Jacq.) Walp. Provenances on an acid sandy clay loam soil in Sierra      Leone. International TreeCrops Journal, vol 9, 169-178.

Civardi, Anne dan Ruth Thomson. 2003. Ensiklopedia Mini. Erlangga, Jakarta.

Harjadi, S. 2000. Pengantar Agronomi. Multi Aksara, Jakarta.

Kartadisastra, H. R. 2000. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak         Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.

Mcllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnyaparamita, Jakarta.

Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.     Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universutas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rukmana, Rahmat. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Penerbit        Kanisius.Yogyakarta.

Soedomo, R 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT            Gramedia, Jakarta.

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan       Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen           Pertanian, Jakarta.
 


Susetyo, S. 2001. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan Departemen            Pertanian, Jakarta.


Sutopo, L. 2000. Bercocok Tanam. CV Rajawali, Jakarta.

1 comment:

  1. Situs Judi Online Casino Site, KONGBET, Agen Slot
    Agen Judi Slot Online, Bandar 카지노사이트 Judi Bola dan Situs Judi 메리트카지노 Bola Terpercaya Dan Terbaik. Mpo Bola 1xbet korean Sbobet. Slot Online Terbaik.

    ReplyDelete